Syabab.Com - Hizbut Tahrir mengecam sikap Hamas yang mengikuti langkah Fatah dan menegaskan kepada keduanya bahwa Palestina bukan milik Fatah atau Hamas, tetapi milik umat Nabi Muhammad Saw, Kamis, 02/12/2010. Hizbut Tahrir mengeluarkan pernyataan setelah konferensi pers langka oleh Perdana Menteri Hamas Haniyah di Gaza pada hari Rabu, 01/12/2010.
Hizbut Tahrir mengatakan Hamas menuju jalur yang sama dengan Fatah dan Otoritas Palestina, berbalik dari perjuangan bersenjata kepada perundingan dengan Israel, dan menyerahkan sebagian besar Palestina.
Haniyah mengatakan pada hari Rabu, bahwa Hamas akan menerima hasil referendum di Tepi Barat dan Jalur Gaza. "Kami menerima sebuah negara Palestina dalam batas-batas 67 dan Yerusalem sebagai ibukotanya," kata Haniyah.
"Kami tidak punya masalah dengan mendirikan negara Palestina dengan kedaulatan atas tanah yang diduduki pada tahun 1967, dengan hanya solusi untuk para pengungsi, termasuk pembebasan semua tanahan Palestina di penjara-penjara Israel, dan dengan pemilu sebagai satu-satunya cara untuk mengalihkan kekuasaan dari satu pihak ke pihak lain."
Perdana Menteri Gaza tersebut mengatakan pemerintahannya akan menghormati hasil referendum pada setiap kesepakatan damai yang telah disepakati dalam perundingan dengan Israel, sesuai dengan perjanjian Mekkah 2007 yang membentuk pemerintah bersatu Hamas-Fatah.
"Dokumen masing-masing diberikan Presiden Abbas dan kendali penuh PLO atas perundingan, yang memungkinkan mereka untuk datang kembali dengan hasil jika ada, untuk menyerukan referendum, untuk menyerukan rakyat Palestina jika mereka setuju dengan apa yang telah dicapai dalam negoisasi dan pembentukan sebuah negara."
Hizbut Tahrir mengatakan pernyataan Haniyeh menegaskan informasi yang terungkap dalam kabel dokumen diplomatik AS yang dikeluarkan oleh WikiLeaks.
Dalam sebuah dokumen yang berasal dari kedutaan besar AS di Doha, Menteri Luar Negeri Qatar Hamad bin Jassim Al-Thani dilaporkan telah mengatakan pemimpin Hamas siap mengakui Israel.
Menurut dokumen tersebut, Al-Thani mengatakan pemimpin Hamas menyadari mereka harus mengumumkan waktunya dengan hati-hati, bila saja pendukung mereka tidak siap untuk perubahan.
Hizbut Tahrir merupakan partai politik Islam internasional yang lahir di Al-Quds Palestina yang bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan menyatukan kaum Muslim sedunia di bawah naungan Khilafah. HT di Palestina menjadi tren baru selain Hamas dan Fatah. [m/mna/syabab.com]

Tidak ada komentar:
Posting Komentar